MAKNAMU PADAKU
Seribu puisi tak akan mampu memaknai pertemuan ini, Duhai. Ceritanya terlalu sakral untuk aku diksikan, kiranya engkau bisa rasakan dengan seluluh jiwa, sepenuh hati? Sebab aku lebih dulu larut dan menjadikan segala kisah ini tiada menoktah
Biarpun semua ini masih teramat dini, namun tentunya tanpa atau dengan sengaja rinduku akanmu t'lah engkau buhul dalam simpulan. Juga dalam detik-detik cumbu, kau menitis hela yang menyawai separuh hidupku. Aku luluh dalam rengkuhmu
Tahukah kamu, Duhai! Amatlah mekar kau menyemat dada, juga begitu pendar meningkahi pelupuk mata. Di sini, di bawah cakrawala biru kubisikan pada lenguh bayu perihal kesediaan tempat di mihrab hati, barangkali engkau sudi; ada ruang hampa untuk kau huni
Kau membunga di atas tingginya rasaku
AZALEA
andai tak dapat kulukiskan
indahanmu di dalam bingkai
maka 'kan kusimpan mekarmu dalam dada
sebagai haiku
dan bila
aromamu tak lagi kucium
entahlah ejawantah apa
'kan kutemui
kelaknya
oh pikiran begitu tenang
begitu khidmat
menyanjung
mengagum
namun kadang gelisah
dimainkan angin cemburu
engkau mampu menutup rapat mataku
mendekap penuh kehangatan
alih-alihku hanya
bahwa teringin dalam
iringmu selalu
pun engkau
di sini menjazirah kasih
memahamkan
aku laiknya hamparan bukit pegunungan
diasuh pergantian musim
dan saat kukunyah lagi mamahan rasa
ah segalanya tertanggalkan
Komentar
Posting Komentar